Sabtu, 26 Februari 2011

Memberi Sedekah dengan Tangan Sendiri

Dikeluarkan oleh At-Thabarani dan Al-Hasan bin Sufyan dari Muhammad bin Usman dari Bapaknya katanya, “Harisah bin An-Nu’man telah kehilangan penglihatan matanya, beliaupun mengikat benang dari kain sajadahnya ke biliknya. Apabila orang-orang miskin peminta sedekah datang, beliau akan mengambil uang dari uncangnya dan dengan bantuan benang tersebut, beliau menuju ke arah pintu itu untuk menyerahkan uang itu dengan tangannya sendiri. Melihat keadaan yang demikian, keluarganya pun berkata, ‘Biarlah kami melakukannya untuk untuk mu’, Sebaliknya beliau berkata: ‘Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW telah bersabda,”Memberi sedekah kepada orang miskin dengan tangan sendiri akan menyelamatkan seorang dari kematian di dalam kehinaan”.
Sebagaimana dalam Al-Ishabah.
Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab Al-Ishabah dan Ibnu Mas’ud dari Muhammad bin Usman dari Bapaknya.
Dikeluarkan oleh Ibnu Asakirdari Amru Al-Laithi katanya, “Kami berada di sisi Wasilah bin Al-Ashqa ra. ketika seorang peminta sedekah datang. Amru ra. pun mengambil sekeping roti dan meletakkan beberapa keping uang di atas roti tersebut lalu bangun untuk memberikannya kepada peminta sedekah itu. Akupun berkata, Ya Ashqa’! adakah sesiapa dikalangan ahli keluargamu yang dapat melakukannya untuk mu? Beliau menjawab, “Ya, akan tetapi barangsiapa bangun untuk memberikan sesuatu kepada orang miskin, setiap langkahnya menuju kepada si miskin itu akan menghapuskan satu kejahatan. Apabila ia meletakkannya di atas telapak tangan si peminta sedekah lalu kembali duduk di tempatnya, setiap langkahnya akan menghapuskan sepuluh kejahatan”. Sebagaimana dalam Al-Kanz.
Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad daripada Nafi’ sesungguhnya Ibnu Umar r.anhuma telah mengumpulkan ahli keluarganya duduk menghadap sebuah mangkuk yang besar untuk menikmati minuman setiap malam. Kadang-kadang beliau terdengar suara peminta sedekah di luar rumah meminta makanan, lalu beliaupun bangun dan membawa bagiannya yang terdiri dari daging dan roti lalu memberikannya kepada peminta sedekah tersebut. Beliau tidak akan kembali duduk ke tem,patnya sehinggalah makanan itu habis diambil peminta itu. Jika terdapat makanan yang berlebihan, beliau akan makan, jika tidak beliau akan berpuasa sepanjang harinya.

Sabtu, 12 Februari 2011

Cara Bershalawat Kepada Nabi

Diriwayatkan dari Ka’b bin Ujrah: seseorang berkata, “ya Rasulullah! kami telah mengetahui bagaimana memberi salam kepadamu, tetapi bagaimanakah cara memberi shalawat kepadamu?”.
Nabi Saw bersabda, “Katakan: Ya Allah berikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia. ya Allah berikanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau berikan berkah kepada keluarga Ibrahim. sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia”.
(Allahumma shalli ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa shalaita ‘ala aali ibrahim, innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa baarakta ‘ala aali ibrahim, innaka hamiidum majiid.)
[HR Bukhari]

Rabu, 09 Februari 2011

SEBAGIAN ORANG MUSLIM YANG MASUK SURGA TANPA HISAB

Abu Hurairah r.a. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda:  Akan ada rombongan dari umatku tujuh puluh ribu masuk surga tanpa hisab, bercahaya muka mereka bagaikan bulan purnama.

Abu Hurairah r.a. berkata: Maka berdirilah Ukasyah bin Mihshan Al-Asadi sambil menjinjing selimutnya, lalu berkata: Ya Rasulullah. doakan semoga Allah menjadikan aku dari golongan mereka. Maka Nabi saw. berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia dari golongan mereka.  Kemudian seorang sahabat Anshar berdiri dan berkata: Ya Rasulullah doakan semoga Allah menjadikan aku dari golongan mereka.  Jawab Nabi saw.: Engkau telah didahului oleh Ukasyah r.a.  (Bukhari, Muslim).

Senin, 07 Februari 2011

Ragam amal perbuatan manusia

Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
  Seorang yang kurang amalan-amalannya maka Allah akan menimpanya dengan kegelisahan dan kesedihan. (HR. Ahmad)

Niat inti seluruh aktifitas

1.Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi. (HR. Bukhari)
 
2. Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya. (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')
 
3. Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai dengan niat-niat mereka. (HR.-Muslim)

Minggu, 06 Februari 2011

TAKUT NIKAH....!!!!

Prinsip kebaikan adalah hendaknya ia disegerakan, masalahnya menikah itu kebaikan bukan? Saya yakin tidak ada perdebatan dalam hal ini, bahwa menikah merupakan kebaikan, karena prinsip kebaikan adalah menyegerakannya, maka menikah pun patut disegerakan, bukan diundur-undur alias ditunda-tunda lebih-lebih diemohi dan akhirnya memilih menjadi bujang atau perawan abadi.

Faktor persiapan biasanya menjadi alasan, belum siap mental, belum siap ilmu, belum siap meteri dan belum siap lain-lainnya. Kalau mau jujur, di antara alasan belum siap tersebut, saya yakin ada yang beralasan, maksud saya memang demikian, namun tidak jarang mengada-ada, menjadikan alasan belum siap sebagai tameng untuk menyembunyikan ketakutan terhadap kebaikan ini, saya heran koko ada orang yang takut kepada kebaikan? Lebih heran lagi kepada kesenangan dan kenikmatan halal macam menikah?

Bahwa materi secara umum menjadi alasan utama, ia ibarat hantu yang menakut-nakuti para pemuda untuk masuk ke gerbang pernikahan. Saya memahami bahwa pernikahan memang menuntut tanggung jawab di mana salah satu yang utama adalah tanggung jawab nafkah. Mulai dari mahar, bea proses pernikahan, walimah, sakan(tempat tinggal) berikut hal-hal lain yang mengikutinya, semua itu harus dipikul sebagai tuntutan kewajiban, namun hal itu tidak mengharuskan Anda takut, mengapa? Anda percaya kan dengan ungkapan, “Di mana ada kemauan di situ ada jalan.” Kalau Anda percaya, maka tinggal tanamkan kemauan pada diri, biarkan Allah yang menemukan jalannya untuk Anda.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga orang yang akan ditolong oleh Allah.” Nabi saw menyebutkan salah satunya, “Orang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.

Itulah janji Allah melalui lisan Rasulullah saw, menolong pemuda yang menikah demi menyelamatkan kehormatan dan agamanya, bagi seorang pemuda beriman hadits ini merupakan motivator untuk meneguhkan langkah, memilih lahan pernikahan sebagai pilihan hidupnya, tentu hal tersebut harus diiringi dengan kebenaran janji Allah, karena kapan sih Allah ingkar janji? Cuma kitanya saja yang kadang-kadang gak percaya.

Allah akan menolong siapa yang menikah demi menjaga kehormatannya, ini sebuah keyakinan yang patut ditanamkan dalam diri seorang pemuda yang takut menikah, menikah bukan untuk sekedar senang-senang atau mendapatkan harta, tetapi menjaga kehormatan, inilah yang akan ditolong oleh Allah.

Tapi modal keyakinan tok tidak cukup, perlu persiapan juga. Selain fisik dan mental, ada persiapan mendidik diri memikul tugas sebagai pemimpin dan penanggung jawab dalam keluarga, maka bekerja sekalipun hanya nyukup buat beli beras doang, merupakan keharusan dan selanjutnya serahkan kepada Allah seraya berikhtiar dengan tekun dan rajin, biarlah Dia yang membuka jalannya bagi Anda. Sama dengan masalah jodoh, masalah penghasilan telah diatur olehNya, siapa tahu Anda yang serba cekak uangnya, tiba-tiba setelah menikah uang Anda menjadi panjang? Karena masing-masing orang membawa rizkinya sendiri-sendiri, pemberi rizki kepada istri dan anak Anda bukan Anda kan?

Wah, bagimana ya? Biasanya kan wanita mencari laki-laki yang rizkinya mapan? Bisa menyurutkan tekad ini. Saya katakan, pede saja, tidak perlu kehilangan pede, karena tidak semua wanita demikian, masih ada peluang, kan setiap orang memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain, jadi buat apa ngeper sebelum bertanding?

Tapi memang harus realistis, berani menerima kenyataan dan tahu diri, bila suatu kali ditolak. Kecewa tentu saja, ah itu sih biasa, manusiawi, tapi tidak sampai patah hati kan? Cari lagi, yakin bahwa Allah akan memilihkan yang terbaik. Sudah menjadi resiko orang yang meminang, kalau tidak ditolak, ya tidak diterima bukan? Eit, maksud saya diterima. Wassalam.

Suami Kepala Rumah Tangga

Kehidupan telah berubah, kebiasaan telah berganti dan tatanan mulai bergeser, kalau dulu pemimpin rumah tangga: istri dan anak-anak adalah suami atau bapak, termasuk apa yang menjadi tuntutannya berupa tanggung jawab memberi nafkah, ini berarti bahwa suami atau bapak yang bekerja, di saat yang sama istri atau ibu sebagai penyeimbang dan pengisi kekosongan lahan yang ditinggalkan oleh suami atau bapak, mengurusi rumah dan anak-anak, maka dia disebut dengan ibu rumah tangga.

Tetapi itu dulu, saat kehidupan zaman ini mulai bergeser akibat dominasi adat dan pengaruh bangsa lain, saat peluang mendapatkan pekerjaan di luar rumah mulai dibuka untuk kaum hawa, sehingga tidak sedikit dari mereka yang tersedot magnet mendapatkan gaji sendiri sehingga tidak meminta dan bergantung kepada suami, resikonya pos aslinya yaitu dalam negeri rumah tangga kosong karena ditinggal oleh sang penunggunya.

Dunia kerja semakin membuka peluang lebar-lebar bagi kaum wanita, kesempatan berkarir bagi mereka semakin memungkinkan, di pos-pos penting duduk kaum perempuan dengan kewenangan dan tanggung jawab yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki, hal ini menyeret kepada kesetaraan antara suami dan istri dalam hal penghasilan, dan selanjutnya istri pun bisa karena dorongan sendiri atau dari suami, ikut memikul tanggung jawab finansial keluarga, ini artinya suami telah memberikan sepenggal dari kue kepemimpinannya dalam rumah tangga kepada istri atau istri yang mengambilnya dari tangan suami, lumrah memang, karena pemikul tanggung jawab memiliki wewenang sebesar tanggung jawab tersebut.

Perkaranya tidak berhenti sampai di sini, dunia kerja terus berkembang dan membuka kesempatan bagi kaum hawa lebih lebar, akibatnya tidak tertutup kemungkinan sekalipun sama-sama berkerja, kedudukan, karier dan tentu saja penghasilan istri lebih besar dari suami, bila hal ini tidak berdampak terhadap hubungan dan kedudukan masing-masing dalam rumah tangga, maka mudah-mudahan tidak memicu konflik sehingga rumah tangga aman-aman saja, namun yang sering terjadi adalah saat uang istri lebih banyak, maka dia pun mulai mendominasi, biasa uang memang berkuasa, maka suami tergeser dari kursi qiwamah, atau dia tahu diri sehingga mundur dan menyerahkan kebanyakan darinya kepada istri, kalaupun suami tetap menjadi pimpinan, maka biasanya hanya sekedar formalitas saja.

Lebih parah lagi manakala yang berpenghasilan adalah istri, sedangkan suami nganggur alias tidak bekerja, dan betapa banyak rumah tangga seperti ini di zaman ini, akibatnya kepemimpinan mutlak dipegang oleh istri sebagai penafkah keluarga berikut segala hal yang menjadi buntutnya, akhirnya suami hanya berposisi sebagai seksi sibuk di belakang, mengurusi rumah tangga dan hal-hal yang berkaitan dengannya, maka lahirlah sebuah nama untuknya sebagaimana dalam judul tulisan ini. Sebuah keadaan rumah tangga yang tidak diharapkan karena ia jauh dari titik ideal, namun bagaimana bila kedua belah pihak merasa nyaman dengan peran terbalik seperti itu? Wallahu a’lam.

IBU....... ( UMMI )

Di dunia ini tidak ada agama yang mengungguli Islam di bidang penghargaan dan penghormatan kepada ibu, Islam tidak memandang perlu menetapkan hari untuk ibu, karena ia memang tidak menghilangkan lapar dan haus, sebaliknya Islam memberikan hak besar untuk ibu dengan mengakui jasa-jasa besarnya, “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (Luqman: 14). “Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (Al-Ahqaf: 15). “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (Al-Baqarah: 233).

Islam mengharuskan anak untuk berbakti kepadanya sepanjang hayat bahkan setelah wafat, tidak hanya di hari-hari tertentu saja seperti yang berlaku pada sebagian kalangan. Islam menetapkan haknya setelah hak Allah, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya, ‘Ah.’ Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidiku waktu kecil." (Al-Isra`: 23-24).

Bahkan berbakti kepada ibu tidak terbatas dalam kehidupan dunia ini, lebih dari itu, setelah wafat pun masih terbuka peluang untuk itu dan masih diperintahkan. Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, “Rasulullah, masih adakah sesuatu yang bisa aku lakukan dalam rangka aku berbakti kepada bapak ibuku?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Ya, mendoakan keduanya, memohon ampun untuk keduanya, melaksanakan pesan keduanya dan menjalin silaturrahim yang tidak dijalin kecuali dengan keduanya dan memuliakan kawan-kawan keduanya.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud.

Bahkan di saat anak diajak untuk mempersekutukan Allah, anak diperintahkan untuk tidak menuruti ajakan tersebut, namun harus tetap memperlakukannya dengan baik, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15).

Perbedaan agama bukan penghalang bagi anak untuk berbuat baik kepada ibu. Asma` berkata, ibuku yang masih musyrik datang kepadaku, dia meminta sesuatu, maka aku menyampaikan hal ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, aku berkata, “Rasulullah, ibuku datang meminta sesuatu, apakah aku memberinya?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Ya, berikan apa yang dia minta.” Muttafaq alaihi.

Seorang hamba bisa ditimpa ujian di dunia manakala dia tidak menghiraukan panggilan ibunya, sebagaimana yang terjadi pada Juraij, seorang ahli ibadah. Dalam hadits Abu Hurairah yang muttafaq alaihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa Juraij adalah seorang ahli ibadah, dia memiliki tempat ibadah khusus, suatu hari ibunya datang saat Juraij sedang shalat, ibunya memanggil, “Wahai Juraij.” Juraij berkata, “Ya Rabbi, ibuku atau shalatku.” Lalu dia meneruskan shalatnya. Hal tersebut terulang tiga kali, maka ibunya berkata, “Ya Allah, jangan matikan dia sebelum dia melihat ke wajah wanita pelacur.”

Lalu Bani Israil membicarakan Juraij dan ibadahnya, di antara mereka ada seorang wanita pelacur yang cantik, dia berkata, “Bila kalian mau, aku akan menggodanya.” Maka wanita tersebut mulai menggoda Juraij, namun Juraij tidak menengok kepadanya, lalu wanita tersebut mendatangi seorang pengembala dan terjadilah perbuatan haram di antara mereka berdua. Wanita tersebut hamil dari hubungan haram tersebut, manakala dia melahirkan, dia berkata, “Ini adalah perbuatan Juraij.”

Orang-orang mendatangi Juraij dan memintanya keluar dari tempat ibadahnya dan selanjutnya mereka memukulinya, Juraij bertanya, “Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Kamu telah berzina dengan wanita pelacur itu dan dia melahirkan anakmu.” Juraij bertanya, “Di mana anak itu?” Orang-orang membawanya, Juraij berkata, “Biarkan aku shalat.” Lalu dia shalat, selesai shalat Juraij mendekati anak itu dan menusuk perutnya sambil bertanya, “Wahai bocah, siapa bapakmu?” Bayi itu menjawab, “Fulan si pengembala.”

Maka orang-orang mengelu-elukan Juraij dan menciuminya, mereka berkata, “Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas.” Juraij menjawab, “Tidak, akan tetapi dari tanah liat sebagaimana sebelumnya.”

Perhatian Islam kepada ibu sedemikian tinggi, sehingga saat seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Rasulullah, siapa orang yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan baikku?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, ‘Kemudian siapa?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Kemudian siapa?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Bapakmu.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari. Wallahu a’lam.

Seruan & Peringatan Allah Ta'ala

1. Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah 'Azza wajalla berfirman, "Anak Adam mendustakan Aku padahal tidak seharusnya dia berbuat demikian. Dia mencaci Aku padahal tidak seharusnya demikian. Adapun mendustakan Aku adalah dengan ucapannya bahwa "Allah tidak akan menghidupkan aku kembali sebagaimana menciptakan aku pada permulaan". Ketahuilah bahwa tiada ciptaan (makhluk) pertama lebih mudah bagiku daripada mengulangi ciptaan. Adapun caci-makinya terhadap Aku ialah dengan berkata, "Allah mempunyai anak". Padahal Aku Maha Esa yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu. Aku tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun setara dengan Aku." (HR. Bukhari)

2. Dalam hadits Qudsi dijelaskan bahwa Allah Ta'ala berfirman: "Hai anak Adam, kamu tidak adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenciKu dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan kuturunkan kepadamu dan kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi hai anak Adam, jika kamu mendengar perilakumu dari orang lain dan kamu tidak tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat membencinya." (Ar-Rafii dan Ar-Rabii').

3. Anak Adam mengganggu Aku, mencaci-maki jaman (masa), dan Akulah jaman. Aku yang menggilirkan malam dan siang. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Allah Ta'ala berfirman (dalam hadits Qudsi) : "Kebesaran (kesombongan atau kecongkakan) pakaianKu dan keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa merampas salah satu (dari keduanya) Aku lempar dia ke neraka (jahanam)." (HR. Abu Dawud)
 

PayBox

PayBox

Di surga terdapat sebatang pohon yang luas bayangannya tidak dapat ditempuh selama seratus tahun berkendaraan

  • Hadis riwayat Abu Hurairah, ia berkata:
    Dari Nabi, beliau bersabda: Allah berfirman: Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terbesit dalam hati manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Shahih Muslim No.5050)
  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat sebatang pohon di mana seorang pengendara (harus) menempuh luas bayangannya selama seratus tahun. (Shahih Muslim No.5054)
  • Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.:
    Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat sebatang pohon di mana (jika) seorang pengendara berjalan di bawah bayangannya selama seratus tahun, ia tidak dapat menempuhnya. (Shahih Muslim No.5055)
  • Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
    Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebatang pohon di mana (jika) seseorang menunggang kuda terlatih yang berlarinya selama seratus tahun tidak dapat menempuh luas bayangannya. (Shahih Muslim No.5056)

Anjuran pergauli orang-orang saleh dan menjauhi kawan yang jahat

Hadis riwayat Abu Musa ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang saleh dan berkawan dengan orang jahat adalah seperti seorang penjual minyak wangi (misk) dan seorang peniup dapur tukang besi. Penjual minyak wangi, dia mungkin akan memberikan kamu atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma harum darinya. Tetapi peniup dapur tukang besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap. (Shahih Muslim No.4762)

Mengutamakan kebaktian kepada kedua orang tua daripada salat sunat dan perkara sunat lain

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seorang yang bernama Juraij sedang salat di sebuah tempat peribadatan, lalu datanglah ibunya memanggil. (Kata Humaid: Abu Rafi` pernah menerangkan kepadaku bagaimana Abu Hurairah ra. menirukan gaya ibu Juraij memanggil anaknya itu, sebagaimana yang dia dapatkan dari Rasulullah saw. yaitu dengan meletakkan tapak tangan di atas alis matanya dan mengangkat kepala ke arah Juraij untuk menyapa.) Lalu ibunya berkata: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kebetulan perempuan itu mendapati anaknya sedang melaksanakan salat. Saat itu Juraij berkata kepada diri sendiri di tengah keraguan: Ya Tuhan! Ibuku ataukah salatku. Kemudian Juraij memilih meneruskan salatnya. Maka pulanglah perempuan tersebut. Tidak berapa lama perempuan itu kembali lagi untuk yang kedua kali. Ia memanggil: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kembali Juraij bertanya kepada dirinya sendiri: Ya Tuhan! Ibuku atau salatku. Lagi-lagi dia lebih memilih meneruskan salatnya. Karena kecewa, akhirnya perempuan itu berkata: Ya Tuhan! Sesungguhnya Juraij ini adalah anakku, aku sudah memanggilnya berulang kali, namun ternyata dia enggan menjawabku. Ya Tuhan! Janganlah engkau mematikan dia sebelum Engkau perlihatkan kepadanya perempuan-perempuan pelacur. Dia berkata: Seandainya wanita itu memohon bencana fitnah atas diri Juraij niscaya ia akan mendapat fitnah. Suatu hari seorang penggembala kambing berteduh di tempat peribadatan Juraij. Tiba-tiba muncullah seorang perempuan dari sebuah desa kemudian berzinalah penggembala kambing itu dengannya, sehingga hamil dan melahirkan seorang anak lelaki. Ketika ditanya oleh orang-orang: Anak dari siapakah ini? Perempuan itu menjawab: Anak penghuni tempat peribadatan ini. Orang-orang lalu berbondong-bondong mendatangi Juraij. Mereka membawa kapak dan linggis. Mereka berteriak-teriak memanggil Juraij dan kebetulan mereka menemukan Juraij di tengah salat. Tentu saja Juraij tidak menjawab panggilan mereka. Akhirnya mulailah mereka merobohkan tempat ibadahnya. Melihat hal itu Juraij keluar menemui mereka. Mereka bertanya kepada Juraij: Tanyakan kepada perempuan ini! Juraij tersenyum kemudian mengusap kepala anak tersebut dan bertanya: Siapakah bapakmu? Anak itu tiba-tiba menjawab: Bapakku adalah si penggembala kambing. Mendengar jawaban anak bayi tersebut, mereka segera berkata: Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu yang telah kami robohkan ini dengan emas dan perak. Juraij berkata: Tidak usah. Buatlah seperti semula dari tanah. Kemudian Juraij meninggalkannya. (Shahih Muslim)

Tentang mayoritas ahli surga adalah dari orang-orang miskin dan mayoritas ahli neraka dari kaum wanita

  • Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Aku berdiri di depan pintu surga, tiba-tiba aku melihat mayoritas yang memasukinya adalah orang-orang miskin dan aku juga melihat para penguasa (di dunia) dalam keadaan tertahan, kecuali penghuni neraka yang telah diperintahkan kepada mereka untuk memasuki neraka. Dan aku juga berdiri di depan pintu neraka, ternyata mayoritas yang memasukinya adalah dari kaum wanita. (Shahih Muslim No.4919)
  • Hadis riwayat Imran bin Hushain ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya yang paling sedikit menempati surga adalah kaum wanita. (Shahih Muslim No.4921)
  • Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun setelahku yang lebih membahayakan kaum lelaki daripada kaum wanita. (Shahih Muslim No.4923)

Kisah tiga orang penghuni gua dan tawasul dengan amal saleh

Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut gunung. Sekonyong-konyong jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka. Kemudian sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu. Salah seorang dari mereka berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai kedua orang tua yang telah lanjut usia, seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil di mana akulah yang memelihara mereka. Setelah aku mengandangkan hewan-hewan ternakku, aku segera memerah susunya dan memulai dengan kedua orang tuaku terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak-anakku. Suatu hari aku terlalu jauh mencari kayu (bakar) sehingga tidak dapat kembali kecuali pada sore hari di saat aku menemui kedua orang tuaku sudah lelap tertidur. Aku pun segera memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan tersebut. Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku karena tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur namun aku pun tidak ingin meminumkan anak-anakku sebelum mereka berdua padahal mereka menjerit-jerit kelaparan di bawah telapak kakiku. Dan begitulah keadaanku bersama mereka sampai terbit fajar. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat melihat langit. Lalu Allah menciptakan sebuah celahan sehingga mereka dapat melihat langit. Yang lainnya kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku pernah mempunyai saudara seorang puteri paman yang sangat aku cintai, seperti cintanya seorang lelaki terhadap seorang wanita. Aku memohon kepadanya untuk menyerahkan dirinya tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya seratus dinar. Aku pun bersusah payah sampai berhasillah aku mengumpulkan seratus dinar yang segera aku berikan kepadanya. Ketika aku telah berada di antara kedua kakinya (selangkangan) ia berkata: Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu merenggut keperawanan kecuali dengan pernikahan yang sah terlebih dahulu. Seketika itu aku pun beranjak meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka ciptakanlah sebuah celahan lagi untuk kami. Kemudian Allah pun membuat sebuah celahan lagi untuk mereka. Yang lainnya berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku pernah mempekerjakan seorang pekerja dengan upah enam belas ritel beras (padi). Ketika ia sudah merampungkan pekerjaannya, ia berkata: Berikanlah upahku! Lalu aku pun menyerahkan upahnya yang sebesar enam belas ritel beras namun ia menolaknya. Kemudian aku terus menanami padinya itu sehingga aku dapat mengumpulkan beberapa ekor sapi berikut penggembalanya dari hasil padinya itu. Satu hari dia datang lagi kepadaku dan berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu menzalimi hakku! Aku pun menjawab: Hampirilah sapi-sapi itu berikut penggembalanya lalu ambillah semuanya! Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu mengolok-olokku! Aku pun berkata lagi kepadanya: Sesungguhnya aku tidak mengolok-olokmu, ambillah sapi-sapi itu berikut penggembalanya! Lalu ia pun mengambilnya dan dibawa pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan lagi yang tersisa. Akhirnya Allah membukakan celahan yang tersisa itu. (Shahih Muslim No.4926)